Rabu, 03 November 2010

JURNAL KEPERAWATAN JIWA GAMBARAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJP BOGOR DAN RSJP JAKARTA : SUATU SURVEI

JURNAL KEPERAWATAN JIWA GAMBARAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJP BOGOR DAN
RSJP JAKARTA : SUATU SURVEI

Disusun untuk memenuhi tugas pada blok
( JIWA )
Semester V





Disusun Oleh :
Kelompok 2



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2010
DAFTAR ANGGOTA
KELOMPOK 2

1 Ahmad Mabarun A1 0800414
2 Ari Kustiawati A1 0800415
3 Arif Budi Haryanto A1 0800416
4 Arju Puji Haryono A1 0800417
5 Choirul Affandi A1 0800424
6 Deni Setyowati A1 0800425
7 Desi Dwi Handayani A1 0800426
8 Evy Prihana A1 0800436
9 Hana Prastiana A1 0800440
10 JS aditiya KW A1 0800447
11 Kholifatul Fajriani A1 0800448
12 Lia Mutiara A1 0800449
13 Lylyana Oktaviani A1 0800450




GAMBARAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RSJP BOGOR
DAN RSJP JAKARTA : SUATU SURVEI


A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan yang dapat mengganggu kesehatan secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1990 tentang Disability Adjusted Life Year ( DALY )bahwa masalah kesehatan jiwa menempati urutan ke tiaga dari tujuh masalah kesehatan terbesar didunia ( WHO , 1999 ) .Salah satu bentuk dari masalah kesehatan jiwa adalah perilaku kekerasan . Perilaku kekerasan yang terjadi segera dilakukan penanganan secara benar, agar tidak menambah parah kondisi klien dan beban keluarga menjadi berkurang.
Perilaku kekerasan merupakan cara individu menyelesaikan masalahnya, yang dapat dimanifestasikan secara fisik ( Mencederai diri , peningkatan mobilitas tubuh , psikologis ( Emosional , marah , mudah tersinggung , menentang ) , Sosial ( mencederai lingkungan dan orang lain , menghujat , bermusuhan ) Spiritual ( merasa dirinya sangat berkuasa , tidak bermoral ) ( Stuart dan Laraira , 1998 ). Bentuk perilaku diatas dapat terjadi pada setiap individu dan jika berlanjut dapat terjadi masalah gangguan jiwa. Perilaku kekerasan merupakan perilaku yang banyak digunakan oleh klien gangguan jiwa yang dirawat di RSJ.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang klien perilaku kekersan. Selain itu dapat juga digunakan bagi penelitian berkelanjutan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan jiwa.

B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diperolehnya gambaran klien yang dirawat karena perilaku kekerasan di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta . Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah teridentifikasinya :
1. Jenis Kelamin
2. Lama rawat
3. Karakteristik diagnostik medis
4. Terapi medis
5. Status pulang klien perilaku kekerasan di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta.
Informasi yang didapat dari penelitian ini akan menjadi masukan bagi pelayanan keperawatan dalam mengembangkan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Data yang didapat akan berguna untuk peningkatan penelitian perilaku kekerasan yang berkelanjutan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan jiwa ( Perilaku Kekerasan ).

C. HASIL PENELITIAN
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin klien perilaku kekerasan yang pulang pada bulan Maret sampai bulan Agustus 1999 di RSJP Bogor adalah 16 Orang Perempuan dan 32 Orang laki – laki. Sedangkan RSJP Jakarta adalah 7 orang perempuan dan 13 Orang laki – laki.

Tabel I
Distribusu klien perilaku kekerasan berdasarkan jenis kelamin
Periode maret – Agustus 1999
Jenis
Kelamin RSJP Bogor RSJP Jakarta
Jumlah Persen Jumlah Persen
Perempuan 16 33,33 7 35,00
Laki-laki 32 66,67 13 65,00
Total 48 100 20 100
Berdasarkan data diatas bahwa jumlah klien laki – laki baaik di RSJP Bogor maupun di RSJP jakarta dua kali lebih banyak dibandingkan jumlah klien perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa RSJP Bogor dan RSJP Jakarta memilik karakteristik yang hampir sama dimana pada bulan maret sampai agustus 1999 klien terbanyak adalah laki – laki.

2. Lama Rawat
Lama rawat klien di RSJP Bogor dikategorikan menjadi 2 , yaitu kurang dari 10 hari dan lebih dari 10 hari.
Perbandingan Lama Rawat klien Perilaku Kekerasan di RSJP Bogor dengan RSJP Jkarta Periode maret – agustus 1999
Lama Rawat RSJP Bogor RSJP Jakrta Total
Perempuan Laki - laki Perempuan Laki- laki
Jml Persen Jml Persen Jml Persen Jml Persen Jml Persen
< 10 hari 3 18,75 18 56,25 5 71.43 7 53,85 33 48,53
> 10 hari 13 81,25 14 43,75 2 28,57 6 46,15 35 51,47
Berdasarkan data tentang lama rawat diatas tampak bahwav antara lama rawat klien perempuan dan laki – laki di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta berbeda . blama Rawat di RSJP Bogor untuk perempuan lebih lama ( > dari 10 hari ) sedangkan laki – laki lebih lama rawatnya ( < dari 10 hari ). Di RSJP Jakarta klien perempuan dan laki – laki sama – sama lebih banyak yang lama rawatnya sama dan kurang dari 10 hari.
3. Terapi Medis
Terapi medis yang banyak digunakan dan dipakai untuk klien dengan perilaku kekerasan di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta adalah sama yaitu Clorpomazin (CPZ) , Haloperidol (HLP), dan Trihexyphenidile (THP).
Tabel 3
Terapi Medis Klien Perilaku Kekerasan RSJP Bogor dan RSJP Jakarta
Periode Maret – Agustus 1999
Terapi Medis RSJP Bogor RSJP Jakrta
Perempuan Laki - laki Perempuan Laki- laki
Jml Persen Jml Persen Jml Persen Jml Persen
CPZ, HLP,THP 16 100 32 100 6 100 13 100



4. Karakteristik Diagnosis Medis
Berdasarkan penelitian bahwa diagnostik medis klien prilaku kekerasan yang paling banyak adalah skizofrenia paranoid (40,63%) di RSJP Bogor dan Skizofrenia hebefrenik (66,67%) di RSJP Jakarta (Tabel 4) .
Tabel 4
Distribusi Diagnosa Medis Klien Perilaku Kekerasan di RSJP Bogor dengan RSJP Jakarta
Periode Maret – Agustus 1999

Diagnosa
Medis RSJP Bogor RSJP Jakarta
Perempuan Laki laki Perempuan Laki laki
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Skizofrenia
Residual 1 6.25 0 0 0 0 0 0
Skizofrenia
Paranoid 12 75 13 40.63 0 0 1 8.33
Skizofrenia
Form 0 0 2 6.25 0 0 0 0
Skizofrenia
Hebefrenik 0 0 0 0 0 0 8 66.67
Skizofrenia 1 6.25 4 12.5 0 0 0 0
Psikosa
Akut 2 12.5 9 28.13 1 16.67 1 8.33
Psikosa
Reaktif 0 0 1 3.13 0 0 2 16.67
Psikosa
Tidak khas 0 0 2 6.25 1 16.67 0 0
Reaksi
Psikosis 0 0 1 3.13 1 16.67 0 0
Paranoid 0 0 0 0 3 0 0 0

5. Status Pulang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa status pulang klien perilaku kekerasan terbanyak adalah sama yaitu pulang tuntas baik di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta
Tabel 5
Perbandingan Status Pulang klien Perilaku Kekerasan RSJP Bogor dengan RSJP Jakarta
Periode Maret- Agustus 1999
Status
Pulang RSJP Bogor RSJP Jakarta
Perempuan Laki laki Perempuan Laki laki
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
Tuntas 14 81.50 25 78.13 4 57.14 9 69.23
Paksa 1 6.25 2 6.25 3 42.86 0 0
Kabur 1 6.25 5 15.63 0 0 4 30.77



D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1) Jenis Kelamin
Pada kedua rumah sakit (RSJP Bogor dan RSJP Jakarta) dari hasil survei didapatkan bahwa laki laki lebih banyak melakukan perilaku kekerasan dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan karena laki laki mengguanakan mekanisme ego berupa rasionalisasi , yaitu mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk menghalalkan / membenarkan impuls , perasaan , motif dan perilaku yang tidak dapat diterima. Sedangkan pada perempuan mekanisme ego yang digunakan adalah supresi , yaitu pengesampingan secara disadari tentang pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang. ( Herawati, 1997)


2) Lama Rawat
Klien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa mempunyai rata rata lama hari rawat yang tinggi yaitu 54 hari ( DepKes 2000). Dan klien yang paling lama dirawat adalah Skizofrenia yaitu 64-85 hari (DepKes, 1996). Penelitian yang dilakukan Morrison ≤ 1994 )didapatkan bahwa rata rata lama hari rawat klien perilaku kekerasan dengan diagnosis Skizofrenia adalah 14 hari. Sedangkan dari hasil penelitian didapatkan lama rawat klien laki laki di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta didapatkan 10 hari. Untuk perempuan lama rawat di RSJP Bogor lebih lama dimandingkan dengan di RSJP Jakarta. Menurut Boyd dan Nikart (1998) pembagian lama rawat klien dengan perilaku kekerasan dibagi menjadi 4 yaiyu brief, short term (<7 hari) , very short term (7-14 hari), dan long term care (>21-120 hari). Sesuai dengan pembagian lama rawat klien perilaku kekerasan, maka lama rawat klien dengan perilaku kekerasan di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta termasuk dalam kategori very short term (7-14 hari) . Singkatnya hari rwat klien di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta dapat disebabkan oleh self care control dan percaya diri yang dimiliki klien dan keluaarga (Swansson dan Nies, 1997), yang merupakan hasil dari pemberdayaan klien.
3) Terapi Medis
Stuart dan Lararia (1998) mengemukakan manajemen perilaku kekerasan pada klien gangguan jiwa terdiri dari 3strategi. Salah satu strategi yang kedua adalah strategi antisipasi termasuk pemberian obat antipsikotik. Untuk klien dengan perilaku kekersan , baik di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta , terapi medik yang diberikan adalah sama yaitu obat Antipsikotik . Klien dengan perilaku kekerasan akan mendapatkan CPZ Dan HLP yang digunakan untuk menanggulangi masalah Psikotik (manifestasi Psikotik) . Biasanya obat tersebut menimbulkan efek samping yaitu gangguan Parkinson. Untuk menanggulanginya klien diberikan antiparkinson yaitu THP. Hasil penelitian sesuai dengan teori , yaitu obat Antipsikotik mempunyai efek untuk mengendalikan gejala positif yaitu perilaku kekerasan ( Kaplan, Etal, 1996).
4) Diagnosis Medis
Menurut informasi Rumah Sakit (DepKes , 1996) diagnosa klien yang keluar dari rumah sakit jiwa pada tahin 1994 adalah Skizofrenia (53,7 %) Hasil survei ini sesuai dengan kondisi secara umum di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Florez (2001) menemukan 72 5 responden mengatakan klien dengan Skizofrenia tidak dapat bekerja secara teratur , 47% responden mengatakan kepribadian terganggu dan 14% responden mengatakan klien berbahaya. Klien dengan gangguan jiwa perilaku kekerasan terbanyak adalah Skizofrenia yaitu Skizofrenbia Paranoid di RSJP Bogor dan Skizofrenia Hebefrenik di RSJP Jakarta. Diagnosis Skizofrenia paranoid lebih baik dari Skizofrenia lain, secara klinis , baik dalam symptom free selama klien patuh makan obat (Wibisono, 2003) . Hal ini juga didukung bahwa kecerdasan klien debgan diagnosis Skizofrenia paranoid tidak terganggu (Kaplan, etal, 1996).
5) Status Pulang
Klien yang mengalami masalah perilaku kekerasan diharapkan pulang ke rumah atas ijin dari Rumah Sakit . Oleh karena itu perawat memiliki peran dalam meningkatkan kemampuan klien menyalurkan marah secara konstruktif . Namun perlu diteliti atau dikaji lebih lanjut sejauh mana peran serta atau konstribusi perawat dalam menentukan ijin pulanh klien. Berdasarkan pengalaman atau kenyataan di rumah sakit, status pulang klien dari rumah sakit ada 3 macam yaitu, atas ijin rumah sakit, atas permintaan keluarga dan atas kehendak klien (RSJP Bogor, 1996). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa status pulang klien terbanyak adalah pulang tuntas baik di RSJP Bogor maupun di RSJP Jakarta. Pulang tuntas yang dimaksud adalah kemampuan baru klien dalam menyelesaikan masalahnya. Kemampuan baru adalah mekanisme kopping berupa perilaku yang dipelajari dan dilatih lalu digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi ( Stuart dan Laraia, 1998). Klien mempunyai kapasitas untuk mengembangkan self care agency (Orem, 2001 ), koping baru yang dikembangkan adalah pencegahan perilaku kekerasan untuk menggantikan koping maladaptif yaitu perilaku kekerasan.

E. KESIMPULAN
Gambaran klien dengan perilaku kekerasan merupakan faktor yang penting dalam menunjang pengembangan penelitian berkelanjutan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan jiwa ( perilaku kekerasan) . Dari 68 Responden yang terdiri dari 48 klien RSJP Bogor dan 20 klien dari RSJP Jakarta , periode Maret – Agustus 1999, menunjukan bahwa lama hari rawat klien di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta hampir sama , yaitu 33 orang ( 48,53%) kurang dari dan sama dengan 10 hari, dan 35 orang (51,47 5) sama dengan 10 hari. Diagnosis medik yang paling banyak adalah Skizofrenia (63.23 % ) dan terapi yang digunakan adalah Chlorpomazine (CPZ), Halloperidol (HLP), dan Trihexylpenidile (THP).


PEMBAHASAN

1. Kesesuaian antara Hasil Penelitian dengan Kondisi Klinik
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dibahas di bab sebelumnya, disebutkan bahwa laki laki lebih banyak melakukan perilaku kekerasan baik di RSJP Bogor maupun RSJP Jakarta. Keadaan di klinik pun menunjukan hal yang sama bahwa laki-laki lebih banyak melakukan perilaku kekerasan dibandingkan dengan wanita kerena laki-laki lebih banyak menggunakan ego dan rasionalnya. Selain itu laki-laki juga mempunyai keadaan fisik yang lebih kuat daripada wanita
Terapi yang digunakan adalah Clorpomazine, Haloperidol dan Triheksipenidil. Kenyataan di klinik menunjukna obat-obat tersebut memang masih banyak digunakan, disamping obat-obatan lain.
Diagnosa medis pada perilaku kekerasan karena Schizophrenia. Kenyataan di klinik pun menunjukan paling banyaka gangguan jiwa yang ada adalah Schizophrenia.
Lama perawatan pada pasien perilaku kekerasan adalah lebih dari 10 hari. Hal ini sama halnya dengan kondisi di klinik bahwa lama perawatan untuk pasien perilaku kekerasan membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kondisi pasien
Kondisi pulang pasien menunjukan hasil yang baik. Kenyataan di klinik bahwa kondisi pasien yang dibawa pulang atas keinginan keluarga, bahkan pasien pun masih banyak.

2. Kelebihan dan Kekurangan dari Hasil Penelitian
a) Kelebihan
Hasil penelitian menunjukan hal yang jelas tentang gambaran perilaku kekerasan. Gambaran tersebut yang meliputi jenis kelamin, terapi yang digunakan, diagnose medis yang menimbulkan perilaku kekerasan serta kondisi pasien saat pulang (status pulang). Gambaran itu tijelaskan secara rinci sehingga kita mengetahui gambaran yang jelas tentang perilaku kekerasan di rumah sakit.
b) Kekurangan
Hasil penelitian dilakukan pada beberapa orang saja yang tidak menunjukan kondisi secara keseluruhan. Penelitian di RSJP Bogor dan RSJP Jakarta menunjukan hasil yang berbeda sehingga kondisi tidak dapat disamakan untuk setiap pelayanan kesehatan jiwa maupun di keluarga.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Penerapan Hasil Penelitian pada Penatalaksanaan Pasien Gangguan Jiwa
Hasil Penelitian dapat digunakan pada penatalaksanaan di klinik diantaranya lama perawatan yang cukup lama untuk penanganan perilaku kekerasan, Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam perawatan pasien perilaku kekerasan. Status pasien pulang adalah diizinkan pulang dan dalam kondisi yang membaik sehingga menunjukan pelayanan yang memang harus maksimal. Terapi yang masih efektif digunakan adalah CPZ, HPD dan THP.

2. Rekomendasi atau Rencana Tindak Lanjut
Untuk rumah sakit, pemerintah dan pelayan kesehatan harus lebih meningkatkan pelayanan dalam keperawatan jiwa (perilaku kekerasan) penyuluhan serta menyediakan fasilitas yang memadai untuk klien gangguan jiwa.
Sedangkan untuk Klien dan keluarga diharapkan bahwa dari mereka perilaku kekerasan dapat diminimalkan dengan mengkondisikan keharmonisan keluarga serta saling mendukung antar anggota keluarga




DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M. A., and Nikart, M A. (1998). Psychologi contemporary practice. Philadelphia

Dep Kes RI., Dirjen Yan Med. (1996) Informatika Seri 3 morbiditas dan mortalitas 1995. Jakarta RI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar